PENDAHULUAN
Organisasi sebagai alat dalam arti abstrak untuk merealisir, apa yang menjadi keputusan starategik yang ditetapkan, maka mau tidak harus mengikuti atas perubahan lingkungan yang digerakkan oleh kekuatan kepemimpinan untuk hidup dan bertahan dalam abad 21, oleh karena itu, organisasi sebagai alat dimanifestasikan terutama dalam hubungan dua faktor yang disebut dengan fleksibilitas disatu sisi dan disisi lain adalah dapat tidaknya dikontrol.
Hal itu laksana perbedaan antara seorang bayi dan orang yang lebih tua. Bayi itu sangat fleksibel dan dapat memasukkan jari kakinya kedalam mulutnya, namun gerakan-gerakan dan perilakunya agak sulit dikontrol. Dengan meningkatnya usia kita akhirnya seseorang yang lebih tua juga akan kehilangan sifatnya yang dapat dikontrol.
Jadi ukuran dan waktu bukanlah penyebab pertumbuhan dan menjadi tua seolah-olah perusahaan yang besar dengan tradisi yang lama disebut tua, sedangkan perusahaan yang kecil tanpa tradisi disebut muda. Muda berarti organisasi itu dapat berubah dengan relative mudah, tua berarti adanya perilaku yang dikontrol namun tidak fleksibel.
Oleh karena itu, suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai organisasi yang memiliki sifat fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap ini dinamakan PRIMA dalam daur hidup organisasi. Organisasi dalam keadaan PRIMA, benar-benar diperlengkapi untuk menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi, kompetisi dan kebutuhan pelanggan.
Bertolak dari pemikiran bahwa kunci organisasi yang mampu mendukung daur hidup organisasi kedalam posisi PRIMA yang mampu diremajakan secara berkelanjutan terletak pada faktor fleksibilitas dan kontrol, oleh karena itu pemilihan model struktur organisasi sangat menentukan.
Dalam pemilihan, walaupun suatu model struktur dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang telah dipahami, menyangkut hal-hal yang terkait dengan 1) pembagian tugas ; 2) pendelegasian wewenang ; 3) disiplin ; 4) kesatuan perintah ; 5) Kesatuan arah ; 6) Rentangan pengawasan ; 7) Koordinasi ; 8) Jenjang organisasi ; 9) Sentralisasi ; 10) Inisiatif ; 11) Budaya.
KEEFEKTIFAN DAN PENDEKATAN
Untuk menerapkan pokok pikiran yang diungkapkan diatas, maka dijelaskan secara singkat yang terkait dengan :
Keefektifan organisasi :
Tidak ada satu difinisipun yang dapat merumuskan untuk mengungkapkan yang dimaksud dengan keefektifan organisasi. Oleh karena itu dalam teori organisasi memberikan jawaban lain terhadap pertanyaan “apa yang membuat organisasi effektif ?” Jawabannya adalah struktur organisasi yang tepat dimana didalamnya termasuk bahwa cara kita menempatkan orang serta pekerjaannya dan menetapkan peran serta hubungan mereka.
Bertolak dari pikiran diatas, maka keefektifan organisasi akan didukung oleh kekuatan kebiasaan pikiran yang terkait dengan 1) Organisasi digerakkan oleh manusia dalam melaksanakan pekerjaan sejalan dengan sasaran dan rencana ; 2) Bentuk mengikuti fungsi ; 3) Keputusan dibuat dekat sumber informasi ; 4) Sistem penghargaan ; 5) Komunikasi horizontal dan vertical ; 6) Menghindari konflik individu dan atau kelompok ; 7) Membangun organisasi system terbuka ; 8) Organisasi berintraksi dengan lingkungan ; 9) Ada nilai kebersamaan yang didukung strategi manajemen ; 10) Kekuatan dalam umpan balik untuk individu dan kelompok sehingga mampu mendorong belajar.
Pendekatan organisasi :
Keyakinan bahwa keefektifan organisasi tidak dapat dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena itu, maka pemahamannya melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan apa yang disebut :
1) Pendekatan pencapaian tujuan, menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.
2) Pendekatan sistim, bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
3) Pendekatan stakeholders, dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan ; pegawai adalah kompensasi, tnjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja ; pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan ; kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
4) Pendekatan nilai-nilai bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut dengan fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ; perolehan sumber (mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja) ; perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar) ; produktifitas (volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi) ; Ketersediaan informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka) ; stabilitas (perasaan tenteram, kontinuitas, kegiatan berfungsi secara lancar) ; Tempat kerja yang kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain) ; tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai keterampilan dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik)
ILMU ORGANISASI DAN FAKTOR PENENTU
Ilmu organisasi yang menjelaskan mengenai organisasi yang mengungkapkan macam, bentuk dan tipe organisasi dapat anda pelajari dari beberapa penulis yang banyak dapat kita ketemukan dan dipergunakan sebagai informasi.
Dalam praktek yang perlu kita pahami adalah tiap teori dan dalam praktek tidak menjamin pilihan atas satu model yang tidak siap mengungkapkan dampak pengaruh perubahan yang rumit dan komplek sehingga prinsip-prinsip organisasi tidak dapat dijalankan secara konsisten karena ketidak mampuan memecahkan hal-hal yang terkait dengan kepentingan individu, kelompok dan organisasi.
Dalam praktek, menurut bentuk yang banyak diterapkan, apa yang disebut dengan 1) Organisasi staff ; 2) Organisasi garis ; 3) Organisasi fungsional ; 4) Organisasi staff dan garis ; 5) Organisasi garis dan fungsional ; 6) Organisasi fungsional dan staff ; 7) Organisasi garis, fungsional dan staff ; 8) Organisasi panitia.
Dari pengalaman juga memberikan gambaran bahwa bentuk organisasi tersebut diatas yang bersifat abstrak dan menjadi konkrit digerakkan oleh manusia tidak mampu menjamin dalam menyesuaikan dengan tuntutan perubahan.
Kekuatan kebiasaan pikiran dalam mendorong tuntutan perubahan akan sjalan dengan kemampuan untuk memahami atas dimensi sebagai komponen dari struktur organisasi yang dapat diibaratkan sebuah kursi yang berkaki tiga dimana tanpa satu kaki, maka ia tidak berfungsi. Dalam hal ini dipahami apa yang disebut dengan :
Pertama, disebut dengan Kompleksitas :
Merujuk kepada tingkat diferensiasi yang terdapat dalam organisasi, maka terdapat tiga bentuk dengan karekteristik, apa yang disebut dengan:
Pertama adalah Horizontal yang menunjukkan adanya diferensiasi dari unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang dilaksanakannya serta tingkat pendidikan dan pelatihannya ;
Kedua adalah Vertical, merujuk kepada kedalam organisasi, berarti menunjukkan banyak atau sedikitnya tingkatan, jumlah tingkatan ditentang olh rentang kendali ;
Ketiga adalah Spasial merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi berdasarkan geografis.
Kedua, disebut dengan Formalisasi :
Merujuk pada tingkat sejauh mana pekerjaan dalam organisasi distandarisasi dalam bentuk peraturan, proseur, instruksi dan komunikasi tertulis, itu berarti seluruh aktivitas dituangkan dalam manual organisasi administrasi seperti manual akuntansi, personalia,, pemasaran, pembelian.
Ketiga, disebut dengan Sentralisasi :
Sentralisasi dinyatakan sebagai tingkat sejah mana kekuasaan formal dapat membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan dikonsentrasikan pada individu, unit atau suatu tingkat.
Tingkat kontrol yang dipunyai seseorang dalam seluruh proses keputusan melalui langkah-langkah sebagai brikut 1) Mengumpul informasi sebagai dasar pengambilan keutusan ; 2) Memproses dan menginterprestasikan informasi sebagai dasar saran yang akan disampaikan ; 3) Membuat pilihan mengenai apa yang hendak dilakukan ; 4) Memberikan wewenang kepada orang lain mengenai apa yang hendak dilaksanakan ; 5) Melaksanakannya.
Bila tingkat kontrol dapat dilakukan dengan cermat, maka kemungkinan proses pengambilan keputusan akan disentralisasikan. Ini berarti memberikan tanggapan yang cepat terhadap informasi yang baru, masukan yang lebih banyak, memotivasi para manajer untuk terlibat dalam pengambilan kputusan.
Oleh karena itu, kebutuhan organisasi yang mampu membangun satu kekuatan yang mendorong daya kemauan setiap pemain dalam semua peran agar mampu memupuk kebiasaan kekuatan pikiran kedalam kebiasaan yang produktif, sehingga setiap pemain peran akan selalu siap menghadapi dari setiap perubahan.
Jadi pada organisasi dalam skala kecil, menengah dan besar haruslah bermula dengan satu pemikiran dengan melihat masa lalu, masa kini dan juga dengan suatu pemikiran jauh melihat kedepan bahwa pemilihan yang terkait dengan macam, bentuk dan tipe organisasi menjadi suatu keputusan yang bersifat strategik, sehingga perlu mendalami hal-hal penentu yang terkait dalam membangun struktur yang bersifat fleksibel dan mudah dikontrol yaitu yang terkait dengan apa yang disebut strategi, besaran organisasi, teknologi, lingkungan dan pengendalian kekuasaan.
Strategi :
Menentukan struktur bertitik tolak dari keputusan strategic dan oleh karena itu ia merupakan determine yang dominant karena ia memberikan gambaran persfektif dengan arah jangka panjang dan memberikan arah posisi kedalam jangka menengah.
Besaran organisasi :
Besaran organisasi merujuk kepada variable dan jumlah total pegawai, karena manusia serta intrasaksinyalah yang terstruktur sehingga mereka harus dihubungkan dengan struktur.
Teknologi :
Tekologi merujuk kepada informasi, peralatan, teknik dan proses yang dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Lingkungan :
Ketidakpastian lingkungan yang dihadapi oleh berbagai macam organisasi, maka rancangan structural dapat dipergunakan sebagai alat dalam menghadapi tantangan atas lingkungan.
Pengendalian kekuasaan :
Bahwa sebuah struktur organisasi kapanpun adalah merupakan hasil pilihan oleh mereka yang memiliki kekuasaan sampai tingkat maksimum tertentu akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan control mereka.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan pemikiran diatas, diperlukan pemikiran sebagai langkah penggerak dari kekuatan kebiasaan pikiran bahwa apa yang diungkapkan dibawah ini merupakan pemikiran dalam merancang suatu struktur formal sebagai langkah-langkah dalam menggerakkan kekuatan pikiran sebagai pendorong sebagai berikut :
Pondasi meletakkan bagaimana fungsi-fungsi organisasi :
1) Pondasi dalam meletakkan bagaimana fungsi-fungsi organisasi. Dalam hal ini yang perlu mendapatkan perhatian mengenai mekanisme koordinasi yang disebut dengan mutual adjustment, direct supervision, standardization of work processes, standardization of outputs, standardization of skills.
2) Merumuskan bagian-bagian dasar dalam organisasi kedalam apa yang disebut the operating core (para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhungan dengan produki dari produk dan jasa), the strategic apex (manajer tingkat puncak, yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi itu), the technostructure (para analis yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi), the support staff (orang-orang yang mengisi unit staf yang memberikan jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi)
3) Merumuskan organisasi sebagai suatu sistem alur, apa yang disebut dengan organisasi sebagai suatu sistim kekuasaan formal, organisasi sebagai sistim alur pengaturan, organisasi sebagai suatu sistim komunikasi informal, organisasi sebagai suatu sistim konstilasi kerja, organisasi sebagai sistim adhoc proses keputusan.
Analisis terhadap rancangan parameter :
Suatu rancangan structural dimulai untuk menanggapi issu-issu dasar yang berkaitan seperti pertanyaan 1) Berapa banyak tugas-tugas seharusnya dimasukkan pada posisi dalam organisasi dan bagaimana spesialisasi pada tiap tugas diadakan ? ; 2) Seberapa luas makna kerja pada tiap posisi distandarisasi ? ; 3) Keterampilan dan pengetahuan apa yang seharusnya diperlukan pada tiap posisi ? ; 4) Atas dasar apa seharusnya posisi-posisi dikelompokkan kedalam unit dan unit-unit kedalam unit yang lebih besar ? ; 5) Seberapa besar seharusnya keberadaan tiap unit, berapa banyak individual seharusnya melapor kepada manajer yang ditetapkan ? 6) Mekanisme apa seharusnya didirikan untuk menghubungkan penyesuaian kebersamaan diantara posisi-posisi dan unut-unit ? 7) Seberapa jauh kekuasaan pembuatan keputusan seharusnya dideligasikan kepada unit-unit lini manajer kebawah rantai kewibawaan ? 8) Seberapa jauh kekuasaan keputusan seharusnya melewati dari manajer lini kepada spesialis staff dan operator ?
Dengan mendalami issu-issu tersebut, maka rncangan struktur dapat disusun kedalam pengelompokan sebagai berikut :
Kelompok : Parameter dsain : Keterkaitan konsep :
Disain posisi 1. Spesialisasi pekerjaan Dasar divisi tenaga kerja
2. Formalisasi perilaku Standarisasi isi kerja
3. Pelatihan dan indoktrinasi Sistim pengaturan alur2
Standarisasi keterampilan
Disain superstruktur 4. Pengelompokan unit Supervisi langsung
Divisi adm. Tenaga kerja
Sistim2 dari formal, pengaturan alur,
komunikasi informal, dan
konstilasi kerja, Organigram.
5. Ukuran unit Sistim dari komunikasi informal.
Supervisi langsun Rentang kendali.
Disain keterkaitan-
Keterkaitan lateral 6. Sistim2 perencanaan Standarisasi output
Dan control Sistim pengaturan alur2
7. Laisen device Penyesuaian kebersamaan
Sistim kom. Informal Konstilasi kerja, dan
Adhoc proses keputusan
Disain sistim 8. Desentralisasi vertical Divisi adm. Tenaga kerja
Sistim2 dari kekuasaan
Formal, pengaturan alur2
Dan adhoc pros.keput.
9. Desentralisasi horizt. Divisi adm tenaga kerja
Sama dg diatas. …
Analisis faktor-faktor kontengensi :
Struktur organisasi yang effektif akan menunjukkan hubungan antara struktur dengan prestasi berdasarkan hasil studi-studi yang menyimpulkan dalam dua hiphotesa yaitu pertama hiphotesa keharmonisan artinya struktur yang effektif memecahkan suatu hubungan yang baik antara faktor-faktor kontingensi dan rancangan parameter-parameter atau dengan kata lain keberhasilan mendasain organisasi dimana strukturnya sesuai dengan situasinya. Kedua apa yang disebut dengan hiphotesa konfigurasi artinya struktur yang effektif memerlukan konsisten internal diantara rancangan parametr-parameter.
Alur dari situasi ke struktur dan dari faktor kontengensi ke rancangan parameter, maka dismpulkan variable-variabel independent, intermediate dan dependent dengan ulasan sebagai berikut :
Independent (contingency) variables mencakup :
1) Pengaruh umur dan ukuran kedalam apa yang disebut dengan hiphotesa pertama organisasi yang lebih tua, lebih diformalisasikan perilakunya ; kedua struktur merefleksi umur yang melahirkan industri ; ketiga organisasi yang iversifikasi, kecenderungan tugasnya, lebih diferensiasi unit-unitnya dan lebih dikembangkan komponen administrasinya ; keempat, organisasi lebih besar, lebih besar size rata-rata unitnya ; kelimaorganisasi yang lebih besar, lebih diformulasikan perilakunya.
2) Sistem teknis bahwa teknologi merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam merancang struktur organisasi. Teknologi merujuk kepada informasi, peralatan, teknik dan proses yang dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
3) Lingkungan, yang dimaksudkan disini adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi bisa berbentuk barang-barang, kondisi-kondisi atau pengaruh-pengaruh. Dimensi lingkungan dapat menunjukkan dari keadaan stabil menjadi dinamik, dari sederhana menjadi komplek, dari intergrasi menjadi diversifikasi, dari bersama menjadi berlawanan. Lebih lanjut dapat dilukiskan bahwa pertama, lebih dinamik lingkungan, lebih organic struktur ; kedua, lingkungan yang lebih komplek struktur lebih disentralisasi ; ketiga, organisasi pasar yang lebih diversifikasi, kecenderungan lebih besar dan ekstrim dalam lingkungannya mendorong tiap organisasi menjadi sentralisasi strukturnya sementara ; kelima,disparitas dalam lingkungan endorong organisasi menjadi disentralisasi secara seelektif menjadi konstilasi kerja yang diverensiasi.
Jadi terdapat empat dasar lingkungan yang berhubungan dengan organisasi akan menggambarkan bahwa 1) Komplek dan stabil menggambarkan disentralis birokratik (standarisasi keterampilan) ; 2) Komplek dan dinamik menggambarkan disentralis organic (penyesuaian bersama) ; 3) Sederhana dan stabil menggambarkan sentral birokratik (standarisasi proses kerja) ; 4) Sederhana dan dinaik menggambarkan sentral organic (supervise langsung).
4) Kekuasaan, dalam hal ini dasar pemikiran bahwa merancang struktur harus memperhatikan kekuasan kedalam pikiran sebagai penggerak dengan dasar pemikiran :
Pertama, control eksternal yang lebih besar dari organisasi, strukturnya lebih sentralisasi dan diformulasikan. Sejalan dengan itu akan terdapat dampak bahwa disatu sisi akan menunjukkan keterakitan antara keputusan yang diambil oleh pimpinan puncak dengan tindakannya dan disisi lain menekankan kejelasan perumusan standard mengenai hal tersebut (keputusan dan tindakan) ;
Kedua, kekuasaan memerlukan dari para anggota menciptakan struktur sentralisasi yang tidak berlebihan. Sejalan dengan itu kepada anggota untuk menjaga agar kekuasaan sejalan dengan tindakan yang harus dapat dipertanggung jawabkannya.
Ketiga, struktur yang dapat dipertanggung jawabkan pada suatu ketika kadang-kadang menunjukkan keadaan yang tidak memuaskan artinya suatu struktur bisa saja diterima oleh satu pihak dan belum tentu bisa diterima oleh pihak lainnya.
Konfigurasi Struktural :
Dengan memperhatikan fungsi-fungsi organisasi, analisis disain parameter-parameter analisis faktor –faktor kontigensi, maka konfigurasi structural yang pada umumnya dan banyak digunakan, apa yang disebut dengan 1) Struktural sderhana ; 2) Birokrasi mesin ; 3) Birokrasi professional ; 4) Struktural divisional ; 5) Adhocracy.
Struktur Sederhana :
Struktur ini dipergunakan pada permulaan dimana organisasi masih kecil, berada pada lingkungan yang sederhana dan dinamis sehingga dapat dikatakan memasuki tahap prmulaan perkembangan dan biasanya pemilik atau pendiri ingin agar kekuasaan masih disentralisasi sehingga seluruh kekuasaan dalam pengambilan keputusan atas seluruh tindakan berada dalam tangannya.
Birokrasi Mesin :
Ini menunjukkan organisasi menjadi besar tapi dengan lingkungan yang sederhana dan stabil sehingga memperlihatkan teknologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin dan distandarisasi, maka tidak heran peraturan yang sangat diformalisasi, tugas dikelompokkan ke dalam departemen-departemen fungsional, wewenang yang disntralisasi, pengambilan keputusan yang mengkuti rantai komando dan sebuah struktur administrasi yang rumit dengan perbedaan tajam antara aktivitas lini dan staf.
Birokrasi Profesional :
Birokrasi professional merupakan suatu truktur yang memberikan kesempatan dalam organisasi untuk memanfaatkan tenaga pesialis yang sangat terlatih bagi operating core-nya agar dapat meningkatkan effesiensi dan standarisasi dengan desentralisasi. Jadi model ini sebenarnya merupakan birokrasi mesin untuk organisasi dengan ukuran besar, lingkungan yan stabil dan komplek dan teknologi rutin yang diinternalkan lewat profesionalisme.
Struktural Divisional :
Pada dasarnya banyak kesamaannya dengan birokrasi mesin, dimana struktur dengan strateginya yang menekankan pada keanekaragaman dari produk dan pasar sehingga divisi-divisi tersebut cenderung untuk diorganisasi k dalam kelompok fungsional dengan pembagian kerja yang tinggi, formalisasi yang tinggi dan wewenang yang disentralisasikan pada manajer divisi. Jadi divisionalisasi hanya mungkin jika sistim teknis dari organisasi dapat dipisahkan secara effesien kedalam segmen-segmen yang terpisah dengan lingkungan tidak komplek dan tidak dinamis.
Adhocracy :
Struktur ini bercirikan diferensiasi horizontal yang tinggi, diferensiasi vertical yang rendah, formalisasi yang rendah, desentralisasi, fleksibilitas dan daya tanggap yang tinggi. Pilihan ini dipilih bila manajemen menyadari bahwa strategi yang beraneka ragam, atau berisiko tinggi atau teknologi itu tidak rutin dan lingkungannya dinamis serta komplek. Struktur ini lebih menekankan dalam proses pengambilan keputusan yang didesentralisasi sehingga bergantung pada tim yang terdri dari para professional.
Dapat disimpulkan perbedaan diantaranya dengan memperhatikan disain parameter-parameter dan faktor kontengensi seprti yang diperlihatkan dibawah ini :
Konfigurasi Mekanisme Bagian dasar Bentuk dari
Structural koordinasi utama organisasi disentralisasi
Struktur Supervisi langsung Strategik apex Sent. Vert & Horz.
sederha
Birokrasi mesin Stand.proses kerja Technostructure Des. Hori.terbatas
Birok.profes. Standarisasi dari Operating core Des.Vert & Horiz
Keterampilan
Divisionalisme Standarisasi dari Midle line Des. Vert.terbatas
Output
Adhocrazy Penyesuaian Support staff Des. Selektif
bersama.
PILIHAN, KEPUTUSAN DAN MODEL
Dengan memperhatikan pokok-pokok pikiran yang telah kita ungkapkan pada bagian terdahulu, maka pilihan, keputusan dan model dari pemahaman model struktur formal yang ada (organisasi staff, garis, fungsional, staff dan garis, garis dan fungsional, fungsional dan staff,garis, fungsional dan staff, panitia)dan banyak diterapkan dalam praktek memperlihatkan gambaran keuntungan dan kelemahan dari masing-masing model struktur tersebut menjadi kekuatan untuk mendalami dan memanfaati atas pengembangan dari struktur addocracy yang dipahami, dihayati dan diamalkan menjadi suatu kenyataan yang jarang dimanfaatkan dalam praktek.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kenyataan gambaran dari model struktur tersebut diterapkan tidak mampu mewujudkan kedalam kondisi yang disebut dengan fleksibilitas dan mudah di kontrol, oleh karna itu diperlukan pendalaman untuk merancang hubungan-hubungan yang bersifat lateral dengan kelengkapan alat-alat untuk menyelesaikan kontak-kontak penghubung diantara para individu, maka alat tersebut dapat dimasukkan kedalam struktur formal dengan penjelasan sebagai berikut :
Alat-alat tersebut dapat dibentuk apa yang dinamakan posisi-posisi penghubung, satuan tugas dan komite khusus, intergrasi para manajer dan struktur matrix.
Posisi-posisi penghubung :
Posisi ini tidak memiliki kekuasaan formal tetapi komunikasi yang dibentuknya dapat mempengaruhi atas unit satu ke unit lainnya sebagai media komunikasi sehingga perlu diperhitungkan keberadaan kekuatan informalnya, dan tidak jarang ia dapat melewati jalur vertical dalam mempertemukan kepentingan antara dua unit. Posisi-posisi penghubung lainnya dapat pula terjadi bergabung dalam kelompok-kelompok staf dan lini yang ada dalam suatu struktur formal.
Satuan tugas dan komite khusus :
Satuan tugas dibentuk bukanlah bersifat permanen, ia terbentuk merupakan satuan yang bertugas untuk menghadapi suatu pekerjaan yang memerlukan penyelesaian mendesak, jadi sifatnya sementara pada struktur fungsional yang dipergunakan. Sebaliknya komite khusus menggambarkan pengelompokan interdepartemental yang sifatnya lebih permanen sebagai alat penghubung karena secara reguler pertemuan yang diadakan lebih menekankan diskusi yang menyangkut issu-issu kepentingan umum.
Intergrasi para manajer :
Terjadi bila banyak koordinasi berdasarkan penyesuaian kebersamaan, maka diperlukan apa yang disebut intergrasi para manajer sebagai alat penghubung dari bentuk yang sebelumnya telah diutrakan diatas. Walaupun kekuatan formal yang ada pada intergrasi para manajer sebagai alat penghubung dapat melewati mempengaruhi departemental yang berkaitan aspek proses keputusan tidaklah berarti ia memiliki suatu kekuasaan formal.
Melaksanakan pekerjaan dari intergrasi para manajer bukanlah sesuatu yang mudah, kesilitan yang utama menyangkut mempengaruhi perilaku individual adalah sesuatu yang tidak berlandaskan kepada kekuasaan formal karena itu, ia terlibat dalam proses keputusan tapi tidak dalam pngambilan keputusan itu sendiri.
Struktur-struktur matrix :
Interdepedensi merupakan faktor yang sangat sulit diselesaikan dari berbagai basis dasar dalam pengelompokan. Pemecahan masalah tersebut dapat ditempuh dengan konsep struktur yang berjenjang, konsep struktur staff dan lini dan terkait dengan konsep alat-alat penghubung. Diantara alat penghubung yang telah diuraikan diatas, maka struktur matrix sebagai cara yang lebih mendekati cara untuk menyelesaikan dari alat-alat penghubung yang lainnya.
Struktur matrix merupakan pendekatan yang dapat menghilangkan apa yang disebut dengan prinsip dari kesatuan komando yaiyu dengan cara ini, maka masalah yang berkaitan dengan interdepedensi dapat diselesaikan dengan menciptakan apa yang disebut dengan keseimbangan kekuatan formal dimana melalui pembentukan struktur matrix yang dapat berbentuk permanen dan atau berbentuk yang bergerak.
Bentuk permanen bila tingkat interdepedensi kurang lebih stabil yang menunjukkan hasil dan apa yang dikerjakan unit dan orang yang berada didalamnya. Sedangkan bentuk yang bergerak dipergunakan untuk kerja proyek. Akhirnya bentuk struktur matrix, kelihatannya menjadi alat lebih efektif untuk pengembangan aktivitas-aktivitas baru dan untuk koordinasi yang komplek dengan tintingkat interdepedensi yang beragam.
PENUTUP
Faktor kunci organisasi dalam strategi daur hidup organisasi, bila dipandang dari sudut abstrak yang menggambarkan sebagai alat untuk mewujudkan keputusan strategik dan menjadi sesuatu yang konkrit dengan digerakkan oleh sumber daya manusia yang ada.
Pilihan dan keputusan yang harus mampu digerakkan oleh peran kepemimpinan adalah mendorong untuk meningkatkan daya kemauan agar mampu setiap pemain peran agar memiliki kemampuan untuk mengelola hal-hal yang terkait dengan apa yang disebut dengan :
1) perubahan lingkungan ;
2) perubahan organisasi ;
3) perubahan yang diakibatkan adanya konflik ;
4) perubahan budaya organisasi ;
5) perubahan dalam evaluasi organisasi.
Dengan meningkatkan kemampuan mengelola hal-hal yang disebut diatas berarti adanya daya kemauan peran kepemimpinan untuk mendorong dalam :
ENTREPRENEUR MENDALAMI FAKTOR KUNCI ORGANISASI DALAM STRATEGI DAUR HIDUP ORGANISASI
1) menghilhamkan kekuatan pikiran kedalam wawasan bersama ;
2) membentuk kebiasaan pikiran agar setiap pemain peran berani membuat keputusan bertindak ;
3) menjadi penunjuk jalan ;
4) mendorong atas pemberdayaan kekuatan berpikir yang metodis dan non-metodis
Struktur organisasi dalam posisi yang selalu prima dan berkelanjutan sebagai keputusan yang strategik yang mampu mengamalkan hal-hal yang disebut diatas kedalam model struktur yang mengkombinasikan struktur lini, fungsional dan matrik sebagai perluasan pemikiran dari struktur adhocracy seperti yang diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
Sabtu, 28 April 2012
pengembangan organisasi
Posted by Irfan Meirizki
04.00, under | No comments
0 komentar:
Posting Komentar